Agama

Showing posts with label Agama. Show all posts
Showing posts with label Agama. Show all posts

Thursday, January 19, 2017

Asal-Usul Lahirnya Agama Hindu Di Dunia


Asal-Usul Lahirnya Agama Hindu Di Dunia - di mulai dari masuknya bangsa Arya ke India sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa perubahan yang sngat besar dalam tata kehidupan masyarakat India. Perubahan tersebut karena Bangsa Arya mengadakan Integrasi kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrasi ini meahirkan agama Hindu.



Asal-Usul Agama Hindu

Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci Weda. Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan Atharwa Weda peradaban dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga dalam Kitab Brahmana atau dalam Kitab Upanisad. Ketig kitab inilah yang menjad dasar pemikiran dan dasar kehiduan orang-orang Hindu.

Asal-Usul agama Hindu ditindaklanjuti dengan adanya perubahan corak kehidupan di India. Corak kkehidupan masyarakat Hindu tersebut dibedakan ataas 4 Kasta,
diantaranya :
  1. Kasta Brahmana : Keagamaan 
  2. Kasta Ksatria : Pemerintahan 
  3. Kasta Wacyd (Waisya) : Pertanian dan Perdagangan 
  4. Kasta Cudra (Sudra) : Kaum Pekerja Kasar.

Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme ( Memuja banyak dewa ). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang disembahnya seperti misanya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa. Ketiga Dewa itu diberi nama Tri Murti Tri Murti sendiri berarti  yang Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seerti Dewi Saraswati Sebagai Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagi Dewi Kesuburan, dan lain sebagainya.

Umat Hindu beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempt bersemayamnya para dewa, sehingga umat hindu terbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.

Umat Hindu berziarah ke tempat-tempat suci sperti Kota Benares sebuah Kota yang dianggap sebaai kota tempat bersemayamnya Dewa Pelabur ( Dewa Siwa ). Di Samping itu, Sungai Gangga juga dianggap juga suci dan keramat oleh umat Hindu Menurut kepercayaan mereka, air dari sungai Gangga akan dapat menyucikan segala dosa betapapun besarnya. Begitu pula tulang dan abu orang mati yang sudah di bakar dibuang ke dalam Sungai Gangga, agar orang yang meninggal Masuk ke dalam surga.

Demikianlah Pembahasan mengenai asal-usul agama Hindu di dunia. Semoga dapat bermanfaat bagi anda. Baca pula artikel lainnya mengenai asal-usul Agama Hindu, Agama Islam, dan Agama Kristen





Asal-Usul Agama Budha,


Asal-Usul Agama Budha diketahui berdasarkan penelitian ilmiah yang di lakukan para ilmuwan dengan memanfaatkan berbagai objek pengamatan seperti peninggalan sejarah, cerita-cerita kuno, dan apa yng tertulis dalam berbagai kitab masa lampau. Dari penelitian tersebut diketahui behawa agama Budha terlahir di abad ke-6 SM di Nepal. Orang yang menjadi pencetusnya adalah seorang ksatria bernama Siddharta Gautama.  Agama ini muncul dari perpaduan berbagai kebudayaan seperti kebudayaan helinistik ( Yunani ), kebudayaan Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Agama ini juga muncul karena adanya reaksi terhadap hadirnya agama Hindu yang muncul lebih awal.


Dari Nepal, agama Budha menyebar dengan cepat mengalahkan penebaran agama Hindu ke berbagai daerah di India. hingga ke seluruh benua Asia Hingga kini, agama Budha sudah menjadi agama mayoritas di beberapa negara seperti Thailand, Kamboja, Singapura, Myanmar, dan Taiwan.

Perkembangan Agama Budha

Agama Budha mencapai masa kejayaan di zaman pemerintahan Raja Ashoka ( 273-232 SM )  yang menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Pada zaman raja Ashoka banyak dibangun bangunan-bangunan yang sangat berharga bagi Agama Budha seperti stupa dan tugu-tugu yang terkenal dengan sebutan Tiang-Tiang Ashoka.

Dalam perjalannya yakni setelah 100 tahun meninggalnya Sang Budha, agama Budha terpecah menadi 2 aliran. Perpecahan tersebut terjadi karena adanya penafsiran yang berbeda dari masing-masing kubu. Ke dua aliran tersebut adalah airan Budha Hinayana, dan aliran Budha Mahayana. Aliran Budha Hinayana
 mempunyai sifat-sifat tertutup, dalam artian aliran yang berpendapat bahwa setiap orang hanya dapat mengejar pembebasan dari samsara untuk dirinya sendiri. Sedangkan Aliran Budha Mahayana mempunyai sifat-sifat terbuka, dalam arti setiap umat manusia berhak menjadi seorang Budha sehingga pengaruhnya dapat membebaskan dirinya dari orang lain dari samsara ( Kesengsaraan ).

Sekilas Tentang Agama Budha

Ke semua aliran agama Budha, baik Hinayana maupun Mahayana berpegang pada Kitab Tripitaka sebagai Kitab Suci. Dalam Kitab ini tercatat ajaran dan sabda dari sang Budha yang kemudian dijadikan pedoman hidup bagi penganut agama Budha. Kitab Tripitaka sendiri terbagi menjadi 3 buku yaitu Sutta-Pitaka yang berisi khotbah dari sang Budha, Vinaya-Pitaka yang berisi peraturan dan tata tertib bagi para biksu, dan Abhidhamma-Pitaka yang berisi ajaran hukum metafisik dan psikoogi.

Agama Budha mengenal 4 hari raya keagamaan dalam satu tahun. Keempatnya antara lain Hari Raya Waisak,Kathina,Asadha,Magha Puja. Kendati memiliki 4 hari besar keagamaan, di indonesia mungkin kita hanya akrab dengan hari raya Waisyak saja. Hari raya waisyak sebagai satu-satunya hari besar keagamaan agama Budha yang menjadi hari ibur nasional ini adalah hari yang digunakan sebagai peringatan 3 peristiwa penting dalam kepercayaan umat Budha. Ketiga peristiwa penting tersebut antara lain peringatan kelahiran Sang Budha, hari penerangan sempurna bagi Sang Budha, dan hari wafatnya Sang Budha

Demikianlah Pembahasan mengenai asal-usul agama budha  beserta sekials mengenai ajaran agama Budha Semga bermanfaat bagi anda dapat menambah wawasan Anda mengenai keanekaragam agama di negeri Indonesia tercinta Ini.

Sumber





Wednesday, January 18, 2017

6 Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia Beserta Gambarnya


Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia 

Sejak agama dan kebudayaan Islam memasuki Indonesia, terjadilah proses Islamisasi terhadap masyarakat di nusantara. Bersamaan dengan proses Islamisasi itu, mulailah terjadi perubahan sosial budaya ke arah pembentukan budaya baru yang bernafaskan Islam. Seperti diketahui bahwa, sebelum kedatangan agama dan Kebudayaan Islam,  budaya Indonesia masih bercorak Hindu-Budha, namun seiring dengan masuknya budaya Islam ke Indonesia, proses  integrasi budaya Hindu-Budha dengan kebudayaan Islam pun menjadi tidak daat dihindarkan ..

Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia

Perlu diketahui bahwa, dalam proses integrasi budaya tersebut, tidak tterjadi ketegangan yang berarti meskipun ada 3 unsur agama dan kebudayaan yang saling berbeda di dalamnya. Hal ini disebabkan karena Tokoh-Tokoh Islan ada masa itu tidak bersikap memusuhi, dan justru bersifat saling merangkul. Adapun dalam prses integrasi tersebut, beberapa peninggalan sejarah dapat kita lihat sebagai buktinya hingga kini. Apa saja Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia tersebut? Simak uraiannya berikut ini!!!!


1. Masjid

Salah satu Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia yng paling banyak ditemukan hingga kini adalah Masjd. Seperti diketahui bahwa masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam, sehingga wajar jika seni arsitektur Islam sati inilah yang paling mudah kita lihat keberadaannya saat ini.
Adapun terkait dengan kentalnya budaya Hindu-Budha di masa awal penyebaran Islam di Indonesia, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh akulturasi budaya lokal yang ada saat itu. Berbeda dengan masjid-masjid di Jazirah Arab, arsitektur masjid di Indonesia memiliki beberapa keunikan. Keunikan tersebut terletak pda susunan atapnya yang berundak dan berbentuk limas, adanya bangunan serambi (pendopo), adanya mihrab atau tempat imam memimpin sholat, serta wujud masjid yang umumnya berbentuk bujur sangkar.

Berikut Terdapat Beberapa contoh Masjid Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia pada masa silam.

  1. Masjid Agung Demak - Demak, Jawa Tengah - Abad 14 M
  2. Masjid Ternate - Ternate, Ambon - Abad 14 M
  3. Masjid Sunan Ampel - Surabaya, Jawa Timur - Abad 15 M
  4. Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh - Banda Aceh, Aceh - Abad 15 M
  5. Masjid Kudus - Kudus, Jawa Tengah - 15 M
  6. Masjid Banten - Banten, Banten - Abad 15 M
  7. Masjid Cirebon - Cirebon, Jawa Barat - Abad 15 M
  8. Masjid Katangga -  Katangga, Sulawesi Utara - Abad 16 M

2. Kaligrafi

Selain masjid, Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia yang masih dapat kita jumpai hingga kini seni kaligrafi. Bagi anda yang belum tahu, kaligrafi adalah suatu seni menulis huruf Arab dengan gaya dan susunan yang indah. Tulisan Arabnya sendiri umumnya di ambil dari potongan surat atau ayat-ayat dalam Al-Quran.


Seni kaligrafi yang menjadi Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia pada masa silam dapat kita temukan sebagai hiasan ukir atau tulis misalnya pada dinding masjid, gapura, atau pada batu nisan. Contoh beberapa seni kaligrafi pada batu nisan misalnya terdapat pada makam beberapa orang berikut ini.

  1. Fatimah Binti Maimun - Gresik, Jawa Timur - Abad 13 M
  2. Ratu Nahrasiyah - Samudra Pasai - Abad 14 M
  3. Maulana Malik Ibrahim - Gresik, Jawa Timur - Abad 15 M
  4. Sunan Giri -  Gresik, Jawa Timur - Abad 15 M
  5. Sunan Gunung Jati - Cirebon, Jawa Barat - Abad 15 M
  6. Sunan Kudus dan Sunan Muria - Kudus, Jawa Tengah - Abad 15 M
  7. Sunan Kalijaga - Demak, Jawa Tengah - Abad 15 M
  8. Makam Raja-Raja Banten - Imogiri - Abad 16 M

3. Keraton atau Istana

Keraton atau istana yang merupakan tempat tinggal bagi raja dan keluarganya sebetulnya telah ada sejak jaman pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Hanya saja, setelah Islam masuk, arsitektur Timur Tengah. Beberapa keraton Peninggalan sejarah Islam di Indonesia tersebut yang hingga kini masih terawat misalnya Istana kesultanan Ternate, Istana Kesultanan Tidore, Keraton Kasepuhan,Keraton Kanoman, Keraton Kesultanan Aceh, Istana Sorusuan, Istana Raja Gowa Keraton, Kasultanan, dan Keraton Pakualaman.

4.Kitab dan Kesustraan

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia bukan hanya dapat ditemukan dalam bentuk seni dan gaya arsitektur. Kasusatraan juga berkembang cukup pesat setelah masuknya pengaruh agam Islam di Indonesia. Kesusastraan tersebut tertuang dalam bentuk suluk, hikayat, babad, dan syair. Beberapa peninggalan kesusastraan Islam di Indonesia antara lain syair Perahu karya Hamzah Fansuri, Syair Si Burung Pingai, syir Abdul Muluk, syair gurindam dua belas karya Ali Haji, hikayat nabi-nabi, hikayat sultan-sultan Aceh, dan hikayat penjelasan penciptaan langit dan bumi.

5. Pesantren 

Sejak Masuknya Islam Di Indonesia, pesantren telah menjadi lembaga pendidikan agama yang telah melahirkan banyak mbaligh. Pesantren dianggap sebagai salah satu Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia karena danggap turut berperan serta dalam kemajuan syiar Islam Nusantara.

Pesantren di Indonesia pertama kali dibangun pada masa kekuasaan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesanten yang didirikan di daerah Jawa oleh Sunan Ampel ini Kemudian melahirkan banyak orang-orang terpelajar. Para Santri diaari tentang banyak hal seperti bahasa Arab, pendalaman Al Quran, kitab Kuning, tauhid, fiqih, akhlak, dan tasawuf.

Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren Lirboyo di Kediri, Al-Kautsar Medan, dan pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta.


6. Tradisi

Beberapa tradisi yang hingga kini masih digunakan sebagai masyarakat Islam seperti Ziarah, atau upacara adat Jawa sekaten juga merupakan bukti peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang tak bsia dilupakan begitu saja. Tradisi-tradisi tersebut lahir kerena pengaruh Islam yang kerakulturasi dengan kebudayaan lokal masyarakat saat tu.

Nah... itulah beberapa peniinggaln sejarah Islam Di Indonesia yang masih dapat kita temui hingga saat ini adanya peninggalan sejarah tersbut membuktikan bahwa hadirny Islam di nusantara bukan hanya mempegaruhi kepercayaan dan agama masyarakat, melainkan juga seluruh aspek kehidupan. Semoga Bermanfaat

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia


Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut yang begitu besar itu ternyata melalui sejarah yang sangat panjang. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia tersebut melalui periodisasi atau pembabakan-pembabakan yang cukup menarik untuk kita ketahui. Seperti apa periodisasi Sejarah Islam di Indonesia tersebut, silakan simak pembahasan kami berikut.

Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia

Terkait dengan Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama islam masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat leh bangsa lain di masa lampau



1. Masuknya Islam Sejak Abad ke-7 Masehi 

Sebagian ahli sejarah menyebut jika Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh dari peda pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa pada pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dengan Indonesia pada masa perkembangan kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7.
Dalam pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali meneria pengaruh Islam adalah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai Merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai, melalui jalur perdagangan agama Islam menyebar dan selanjutnya ke Pulau Jawa.

Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta'shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.


2. Masuknya Islam Sejak Abad ke-11 Masehi

Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi

3. Masuknya Islam Sejak Abad ke-13 Masehi

Di samping kkedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Bassiah di Baghdad (1258), berita dari Marcopolo (1292), batu nisan ubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersbut juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di indonesia.

4. Sejarah Penyebaran Islam Di Indonesia

Pada masa kedatangan agama Islam, penyebarangan agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab dibantu oleh pada pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha.

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarangnya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, pada pedagangdari Arab,Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjungi terutama di daerah pusat perdangangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesiajuga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai.

Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot.. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.

Menjelang berakhirnya abad ke 13 tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama kesultanan Malaka.

Pada awal abad ke 15, Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate, Kesultanan Gowa, dan Kesultanan Banjar. 

Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam Makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduknya di daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.



5. Saluran Penyebaran Agama Islam Di Indonesia

Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai melalui beberapa saluran berikut :
  1. Saluran perdangan, proses penyebaran Agama Islam dilakukan oleh para pedagang muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan untuk membentuk perkampungan muslim, misalnya Pekojan. Saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
  2. Saluran perkawinan, proses penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangannya itu ikut menganut Islam.
  3. Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi penerangan tentang Agama Islam seperti yang dilakukan Wali Songo dan para ulama lainnya.
  4. Saluran pendidikan, proses ini dilakukan dengan mendirikan pesantren guna memperdalam ajaran-ajaran Islam yang kemudian menyebarkannya.
  5. Saluran seni budaya, proses peyebaran Islam menggunakan media-media seni budaya seperti pergelaran wayang kulit yang dilakukan Sunan Kaljaga, upacara sekaten, dan seni sastra.
  6. Proses tasawuf, penyebaran Islam dilakukan dengan menyesuaikan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha.

6. Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat Indonesia

 Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung faktor-faktor berikut :
  1.  Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika ia telah mengucapkan kalimat syahadat
  2. Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah.
  3. agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok masyarakat yang masuk Islam karena ingin mempercepat derajat yang sama.
  4. Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa
  5. Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu tasawuf sehingga mudah dipahami
  6. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas Kerajaan Hindu-Budha

Nah, Itulah Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia serta penyebarannya hingga abad ke 13.

 Sumber







Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia tersebut melalui periodisasi atau pembabakan-pembabakan yang cukup menarik untuk kita ketahui. Seperti apa periodisasi sejarah Islam di Indonesia tersebut, silakan simak pembahasan kami berikut. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia tersebut melalui periodisasi atau pembabakan-pembabakan yang cukup menarik untuk kita ketahui. Seperti apa periodisasi sejarah Islam di Indonesia tersebut, silakan simak pembahasan kami berikut. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Islam di Indonesia diyakini oleh sekitar 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari total jumlah penduduknya. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia hingga bisa mencapai jumlah penganut yang begitu besar itu ternyata telah melalui sejarah yang sangat panjang. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia tersebut melalui periodisasi atau pembabakan-pembabakan yang cukup menarik untuk kita ketahui. Seperti apa periodisasi sejarah Islam di Indonesia tersebut, silakan simak pembahasan kami berikut. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Friday, September 30, 2016

Maulid Nabi di Indonesia dan Eropa


Oleh : Moh Hatta

SEBAGAI pembuka wacana, ada baiknya kita kutip amanat Presiden Soekarno pada peringatan maulid Nabi Muhammad saw. di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, tanggal 6 Agustus 1963 (Penerbitan Sekretariat Negara No. 618/1963).

"Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden Soekarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Soekarno belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly, Salahuddin inilah yang mengobarkan api semangat Islam, api perjuangan Islam dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan maulid nabi.

Jadi sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad saw. peringatan maulid nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan semangat Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar, saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun peringatilah maulid nabi.

Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan maulid nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriah) dari Dinasti Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama "Saladin". Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.

Pada masa itu dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan spiritual.

Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idulfitri dan Iduladha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi.

Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.

Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan maulid nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan maulid nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.

Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga, Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan maulid nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang "pengampunan" yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, "Dia mengampuni").

Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan maulid nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata gerebeg artinya "mengikuti", yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan maulid nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idulfitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Iduladha).

Keunikan suku Quraisy

Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa nabi dan rasul terakhir bagi umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Alquran Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi, "Karena tradisi suku Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas".

Kota suci Mekah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti, "berderai air mata" dan "pohon balsam". Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.

Karena kota Mekah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan suku-suku lain di Semenanjung Arabia, suku Quraisy memiliki watak istimewa, tahan segala cuaca! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.

Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad saw. dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam, terutama setelah Rasulullah menguasai Mekah. Tradisi gemar mengembara dari suku Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama Islam. Hanya satu abad sesudah nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.

Rupanya sudah menjadi sunnatullah (hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, organisasi dakwah yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku pengembara, orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.

Gersangnya daerah Mekah membawa hikmah lain, dua kekuatan adikuasa pada zaman Nabi Muhammad saw., yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai Mekah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial Inggris dan Prancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Mekah sama sekali tidaklah mereka jamah. Dari zaman nabi sampai sekarang, Kakbah (Rumah Allah) tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.

Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putera beliau Nabi Ismail a.s. mendirikan Rumah Allah, yaitu Kakbah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhirat." (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut dikabulkan oleh Allah secara kontinu sampai hari ini! Meskipun tanah Mekah gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Mekah, mulai dari anggur Prancis sampai pisang Ekuador.

Air pun kini berlimpah di Mekah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat Celsius, lalu uap air yang sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor) supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari, dan sebagian besar disalurkan ke Kota Mekah untuk keperluan para jemaah haji.

Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama, perayaan maulid nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan rasul terakhir Muhammad saw. sengaja dibangkitkan Allah dari kota Mekah yang gersang, yang penduduknya bersifat gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah senantiasa menganugerahi Mekah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain. Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.

sumber:http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2007/04/maulid-nabi-dan-semangat-perjuangan.html

Sejarah Ka'bah


Kakbah yang juga dinamakan Bayt al `Atiq (Arab:بيت ال عتيق, Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Kakbah, namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Kakbah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (Tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an). Kakbah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama Tauhid (Islam).

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci kakbah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.
Pada awalnya bangunan Kakbah terdiri atas dua pintu serta letak pintu Kakbah terletak di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi rasul, dilakukan renovasi pada Kakbah akibat bencana banjir. Pada saat itu terjadi kekurangan biaya,maka bangunan Kakbah dibuat hanya satu pintu. Adapula bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Kakbah, yang dinamakan Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Kakbah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang dimuliakan oleh bangsa Arab saat itu.

Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Kakbah karena kaumnya baru saja masuk Islam, sebagaiman tertulis dalam sebuah hadits perkataannya: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku turunkan pintu Kakbah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Kakbah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.

Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali menurut perkataan Nabi Muhammad SAW, yaitu diatas pondasi Nabi Ibrahim. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Kakbah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Kakbah berdasarkan bangunan di masa Nabi Muhammad SAW dan bukan berdasarkan pondasi Nabi Ibrahim. Kakbah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan karena umur bangunan.

Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali kakbah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Kakbah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Kakbah